Nama Lengkap: Rusta Diana Putri
Umur: 17 tahun
Main Cast :
- Ru-chan a.k.
- a Young Sun
- Ri-chan
- Young Saeng [SS501]
Judul: Winter Sick
KRIIINGG... KRIIINGG.. KRIIIINGG...
Alarm hp ku berbunyi kencang di pinggir ranjang, tangan kiriku meraba-raba pinggiran ranjang mencari hp ku yang terus berbunyi. Setelah dapat ku tekan tombol tengah untuk mematikan bunyi alarm. Sedikit demi sedikit mataku terbuka, entah kenapa aku hari ini aku merasa badanku tidak seperti biasanya. Kuletakakn telapak tangan kananku di dahiku.
Benar saja, sedikit panas...
Bagaimana ini aku harus berangkat sekolah? Apa ijin saja?
Itu tidak mungkin, sekarang sedang pekan ulangan sebelum ujian akhir semester pertama. Kalau aku tidak masuk bisa tidak dapat nilai aku nanti.
Aku berusaha bangkit dari ranjang, dan syukurlah masih bisa berdiri dan berjalan. Ku ambil handuk dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Selesai mandi aku menyiapkan sarapanku, beginilah susahnya kalau hidup sendiri.
*************************************************
Sambil menggigit roti kejuku, ku ambil sepatu rodaku dan memakainya. Sebelum aku berangkat sekolah aku memeriksa kotak surat yang ada di dekat pintu rumah.
Kosong...
Perasaanku sedikit kecewa, lalu ku tutup kotak surat dan segera berangkat ke sekolah. Di perjalanan aku merasa tubuhku menggigil. wajar saja ini sudah akhir bulan November, sebentar lagi masuk bulan Desember. Entah kenapa aku kalau mengingat 2 bulan itu aku sangat kesal. Apa karena dia? Ku masukan kedua telapak tanganku ke dalam saku mantelku, dan mempercepat laju sepatu rodaku.
*************************************************
"Ohayo Ru-chan" sapa Ri-chan
"Ohayo Ri-chan" balasku sambil melepaskan sepatu rodaku di depan loker sepatu
"Sepertinya kau sedang tidak sehat Ri-chan. Apa kau baik2 saja???"
"Ah… Apa terlihat sangat jelas ya? Begitulah badanku sedikit panas" jawabku sambil mengeluarkan uwabaki *sepatu khusus sekolah di Jepang* ku dari dalam loker.
"Benarkah?" Ri-chan meletakkan telapak tangan kanannya di dahiku dan tangan kirinya di dahinya. "Iya, sedikit panas. Apa tidak sebaiknya kau beristirahat?"
"Tidak perlu. Lagi pula sekarang ada ulangan aku tidak mau kalau nanti aku tidak dapat nilai hanya karena panas sedikit"
"Jangan memaksakan diri, kau kan bisa ikut susulan nanti"
"Aku baik2 saja Ri-chan"
"Tidak! Kau harus istirahat! Ayo, aku antar kau ke ruang kesehatan" Ri-chan mendorong tubuhku ke arah ruang kesehatan
*************************************************
Membosankan!!!! Sejak tadi kerjaanku hanya memutar-mutar tubuhku saja di atas ranjang ruang kesehatan. Berusaha tidur pun tetap saja tidak bisa tidur. Sudahlah aku pergi keluar saja, bosan sekali disini.
Ku buka tirai putih yang menghalangiku, lalu mengintip sedikit ada tidak guru di ruangan. Tidak ada tenyata, aman kalau begitu. Dengan santai aku keluar dan menuju pintu darurat yang ada di samping gedung sekolah. Ketika membuka pintu, tiba-tiba saja angin dingin menerpa tubuhku. Otomatis tubuhku langsung menggigil menahan dingin.
Sial!!! Aku lupa memakai mantelku. Tidak mungkin kalau sekarang aku kembali ke ruang kesehatan untuk mengambilnya.
Ku teruskan langkahku keluar gedung dan menuruni anak tangga lalu pergi ke halaman belakang sekolah. Sambil terus berjalan mengitari halaman belakang. Aku mengingat-ingat mimpi ku semalam. Apa mimpi itu bertanda buruk untukku makanya sekarang aku sakit? Ku kira mimpi itu akan bertanda baik, ternyata tidak.
Di dalam mimpiku,
Dia…
Entah kenapa bisa ada disini, mengikutiku terus kemana pun aku pergi. Lelah karena terus berjalan aku pun tertidur di atas ranjangku, saat itu dia baru berani mendekatiku dan membelai pipiku dengan lembut. Dan sedikit demi sedikit wajahnya mendekati wajahku.
Setelah itu,,,
Ya dering alarm hp ku membangunkan ku dari mimpi indah ku itu. Sedikit aneh dengan mimpi ku itu. Di sana, mengapa aku membiarkan dia terus mengekorku di belakang? Padahal aku tahu kalau dia ada di belakangku. Kenapa aku terus berjalan tanpa mengalihkan pandanganku padanya. Kenapa aku tidak memeluknya dan mengatakan kalau aku sangat merindukannya. Padahal selama ini aku selalu berharap memimpikannya di dalam tidurku.
*************************************************
Bel istirahat sudah berbunyi, aku harus kembali ke ruang kesehatan sebelum Ri-chan mendapatiku tidak ada di sana, dia akan sangat khawatir.
Setelah aku masuk ke dalam gedung dan menuju kembali ke ruang kesehatan, aku melihat Ri-chan sudah berlari ke arahku. Sepertinya aku sedikit terlambat.
“Ru-chan, kemana saja kau? Kau membuatku khawatir”
“Hanya ke halaman belakang sekolah”
“Kau tidak memakai mantelmu? Kau ini bagaimana? Kau kan sedang sakit, lagipula kau kan tidak tahan dingin” nada suara Ri-chan semakin terdengar cemas.
“Aku baik2 saja koq”
“Wajahmu pucat sekali” untuk kedua kalinya Ri-chan meletakan telapak tangannya di dahiku “Ya ampun panas sekali!!!!” nada bicara Ri-chan terdengar panic “Ini lebih panas dari pagi tadi. Sudah sekarang kau ku antar pulang saja”
“Tidak usah”
“Sudahlah jangan memaksakan diri” Ri-chan mengeluarkan telpon genggamnya dan berusaha menelpon seseorang
“Kau mau apa???”
“Menelpon sopirku untuk menjemput kita”
“Ti……”
Aku merasa tubuhku lemas sekali tak bertenaga, tiba2 saja pandanganku kabur dan dan menjadi gelap seketika.
*************************************************
Gelap sekali.
Tidak ada apa2 selain kegelapan, dimana aku sekarang???
Tiba2 saja terdengar alunan music yang sangat merdu entah darimana asalnya. Aku merasa sangat kenal dengan melodi ini, apakah itu dia???
Dimana dia???
Apa dia ada di sekita sini???
Aku sama sekali tidak bisa melihatnya, disini gelap sekali.
“Dimana kau???”
“Aku ingin melihatmu, tunjukan sosokmu! Aku sangat merindukanmu”
Aku berusah teriak sekuat-kuatnya agar dia mendengar suaraku. Tak ada jawaban. Justru melodi itu sudah tidak terdengar lagi olehku.
“Ru-chan”
Hah??? Seseorang memanggil namaku. Apakah itu dia???
“Ru-chan”
Tidak! Itu bukan dia. Dia tidak memanggilku dengan nama itu
“Ru-chan”
Suara itu terus memanggilku tak henti-hentinya. Terus. Terus memanggilku.
Hingga cahaya putih menyilaukan muncul dari depanku.
*************************************************
Mataku terbuka menatap langit2. Aku tahu dimana ini, ini di kamarku.
“Ru-chan, syukurlah kau sudah siuman. Aku sangat khawatir kau tidak kunjung sadar sejak kau pingsan dari istirahat sekolah hingga saat ini”
Ri-chan terlihat lega di samping ranjangku, dia masih memakai seragam sekolah lengkap. Ku lihat jam kecil yang tergelatk di atas meja kecil samping ranjangku dekat Ri-chan saat ini duduk, menunjukan pukul 6 p.m. berarti memang benar sudah cukup lama aku pingsan.
“Kenapa kau masih disini???”
“Tentu saja karena aku mencemaskanmu, aku tidak tega membiarkanmu sendirian disini”
“Tapi apa orang tuamu tidak khawatir???”
“Aku sudah minta ijin pada mereka untuk menginap disini untuk menjagamu”
“Tidak Ri-chan. Lebih baik kau pulang sekarang” aku beranjak dari tidurku.
“Tidak, aku mau merawatmu”
“Aku baik2 saja Ri-chan, aku tidak mau merepotkanmu atau pun orang lain”
“Tapi…”
“Ri-chan, kau sangat tahu aku kan???” Ri-chan mengangguk “Jadi lebih baik kau pulang sekarang, aku tidak mau membuat orang tua mu khawatir”
“Baiklah”
*************************************************
Aku mengantar Ri-chan kedepan pintu. Aku sangat tahu sahabatku satu ini, dia sangat baik dan perhatian padaku. Tapi aku tidak mau memanfaatkan kebaikannya.
“Ah, aku sampai lupa. Aku sudah buat bubur untuk mu tadi, jangan lupa di makan ya”
“Baik, arigatou gozaimasu Ri-chan”
“Dan satu lagi, tadi ada yang menelpon”
“Siapa???”
“Entahlah, dia tidak mengucapkan siapa dia. Waktu aku bilang kau sedang sakit dia langsung menutup telponnya”
“Apa yang dia katakan sebelum kau bilang aku sakit???”
“Dia mencari mu”
“Ooh..”
“Tapi, waktu aku mengangkat telpon hanya satu kalimat yang dia katakan”
“Apa???” Ri-chan tersenyum manis di depan ku.
“Young Sun…” Jantungku serasa di timpa satu ton baja mendengar sebutan itu. “aku tahu itu nama aslimu di Korea makanya aku langsung tahu kalau dia mencarimu”
Young Sun itu memang nama asliku. Nama dari Negara asalku yang sudah lama aku tinggal. Siapa yang menelponku? Apa itu dia? Tidak bisa saja orang lain yang iseng.
“Dari logatnya memang seperti orang Korea yang menelpon. Apa dia laki-laki yang selama ini kau tunggu?”
Jadi yang menelpon laki-laki?
“Mungkin saja itu ayahku”
“Tidak, suaranya tidak terdengar seperti orang tua”
“Itu menurutmu saja, lagi pula kau hanya mendengar dia bicara sebentar saja. Sudahlah bukannya kau mau pulang? Ini sudah malam”
“Baiklah aku pulang dulu ya Ru-chan”
*************************************************
Young Sun…
Nama panggilku yang sudah lama tak pernah ku dengar, sejak memutuskan untuk meninggalkan keluragaku yang tak pernah kunjung selesai masalah di sana.
Apa mungkin yang menelponku adalah Ayah? Rasanya mustahil dia menghubungiku, dia tak akan peduli denganku. Ibu? Ri-chan bilang laki-laki yang menelpon jadi tidak mungkin ibu yang menelpon.
Dia…
Apa mungkin dia? Aku ragu dengan itu. Sudah hampir satu tahun kami tidak pernah berkomunikasi lagi. Aku selalu berusaha menghubunginya dengan mengirim e-mail dan surat padanya, tapi tak ada balasan darinya. Apa dia sudah melupakanku?
Awal bulan ini, dia kemarin ulang tahun dan aku mengirimnya kado, apa dia menerimanya??
*************************************************
Tidak bisa di pungkiri aku sangat merindukannya. Sangat ingin di ada di sampingku sekarang. Menjagaku, membelai rambutku dan menyanyikan sebuah lagu untuk ku. Dan satu yang sangat ingin aku mau, aku angat ingin melihat wajahnya dan melihat senyumnya.
Cairan bening keluar dari pelupuk mataku, membuat kedua pipiku basah karenanya. Ku genggam kalung pemberiannya yang berinisial nama kami berdua.
Kini di kamar ku hanya terdengar isak tangisku yang sangat merindukan dia.
*************************************************
DOK… DOK… DOK… DOK…
Aku tersentak kaget mendengar pintu rumah ku di ketuk dengan sangat kerasnya. Ku langkahkan pelan kaki ku ke arah pintu sambil menahan rasa takut. Berlahan keluar dari kamarku dan mendekati pintu masuk rumahku. Ketukan itu tak henti-hentinya terus berbunyi semakin lama semakin kencang.
“Young Sun-ah… Apa kau di dalam???”
“Young sun-ah ini aku” teriak orang itu dari luar
DOK… DOK… DOK.. DOK…
Suara ini?
Itu tidak mungkin kan? Apa benar itu suara dia? Bahasa yang ia gunakan juga bukan bahasa Jepang, apa benar itu dia?
Tanpa ku sadari aku melangkahkan kaki ku mendekati pintu, tangan kananku mendekati headel pintu dan memutarnya berlahan dan menariknya. Membukakan pintu seseorang yang berada di luar sana.
Ku lihat sosok seorang laki-laki bertubuh tinggi berdiri di depan pintu mengenakan mantel putih, dengan terengah-engah mengatur nafasnya. Rambut hitamnya terlihat basah karena tertimpa hujan salju, mata coklat kehitamannya terlihat sangat khawatir dan panik. Dia langsung memelukku ketika dia melihatku, memelukku dengan sangat erat. Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan, aku masih belum percaya dengan apa yang aku lihat dan aku rasakan sekarang. Aku berdiri kaku dalam pelukannya.
“Jeongmal… Joengmal mianhae Young Sun” suaranya terdengar seperti ingin menangis. Tak kuasa menahan kejolak hati ku, aku membalas pelukannya dengan erat.
*************************************************
“Jangan lakukan hal bodoh lagi, sidah cukup kau lakukan hal bodoh saat masih di
Korea. Jangan kau lakukan lagi di sini”
“Ne, aku mengerti’
Dia membelaiku dengan sangat lembut sambil tersenyum padaku yang sedang berbaring dia atas ranjangku.
Apa perasaanku saja atau tidak…
Aku merasa dia sedikit aga kurusan…
“Apa kau sudah makan?” tanyanya padaku
“Aniyo, aku belum makan”
“Mwo? Waeyo?”
“Aku sedang tidak nafsu makan”
“Kau harus tetap makan, aku buatkan dulu bubur untukmu”
“Sudah ada, tinggal di panaskan saja. Ri-chan tadi yang membuatnya”
“Apa dia temanmu yang tadi mengangkat telponku tadi”
“Ne…”
“Ya sudah aku panaskan dulu buburnya” Dia beranjak menuju dapur.
“Tunggu” aku menahannya dengan menariknya duduk di atas ranjangku, aku langsung merubah posisiku duduk mengahadap kearahnya.
“Ada apa? Apa tidak sebaiknya kau tidur saja” aku menggelengkan kepalaku.
“Kemana saja kau selama ini? Kenapa e-mail dan surat-surat ku tak pernah kau balas? Apa kado ulang tahunmu sudah kau terima?”
“……………………..” tak ada jawaban dari mulutnya
“Kenapa kau sekarang terlihat sedikit kurus?” lagi-lagi tak ada jawaban darinya “Hei, kenapa kau diam saja? Apa saat kau menelponku kau ada di Korea? Dan langsung ke sini begitu tahu aku sakit?”
“Ahniyo…” kali ini dia menjawab pertanyaanku “ Saat menelponmu aku sudah ada di Jepang. Aku bermaksud memberi sureprize padamu, tapi aku justru lupa dimana alamat rumahmu. Karena sudah lama aku tidak kesini lagi waktu pertama kali mengantarmu”
“Aku bermaksud menelponmu untuk menjemputku, karena cukup lama aku berputar mencari rumahmu dan hari sudah mulai gelap. Saat mendengar kau sedang sakit dan pingsan tak kunjung siuman, spontan aku menutup telpon dan berlari mencari-cari rumahmu. Padahal aku tidak tahu dimana. Tapi akhirnya aku sampai juga di depan rumahmu” dia menatapku lembut
“Young Sun, mianhae. Jeongmal mianhae kalau selama ini aku tidak membalas e-mail dan suratmu. Kado darimu sudah ku terima” dia mnggeser sedikit kerah mantelnya dan memperlihatkan syal putih buatanku yang ku berikan untuk ulang tahunnya. “Selama ini aku bekerja, makanya tubuhku sedikit kurus”
“Bekerja?” aku sangat kaget mendengarnnya “Untuk apa?”
“Untuk orang yang sudah selesai sekolah wajarkan kalau bekerja”
“Ah,,, kau benar. Aku lupa tahun kemarin kau lulus”
“Sebenarnya aku bekerja, tujuanku adalah ini”
Dia meraba saku mantelnya dan mengeluarkan sesuatu lalu memasangkannya ke jari manis kiriku.
“Aku bekerja dan menabung untuk membeli cincin ini, untuk melamarmu juga untuk menghidupi kehidupan kita nanti”
“MWO?” kali ini aku benar-benar kaget bukan main “Apa kau bilang? Melamarku? Yang benar saja?” sulit ku percaya dia melamarku saat ini “Aku ini masih sekolah”
Dia tertawa kecil melihat tingkahku, dan membelai lembut rambutku dengan tangan kirinya.
“Tidak sekarang, aku hanya memintamu untuk jadi tunanganku. Dengan begini tidak akan ada orang lain yang bisa mengambilmu dariku” “Lagi pula tinggal menunggu beberapa bulan lagi sampai kelulusan mu nanti, baru kita menikah” dia menggodaku, memasang wajah jahilnya lalu pergi ke dapur.
“YOUNG SAENG!!!!!” teriakku dari dalam kamar.
*************************************************
Aku menyusulnya ke dapur, mendapatinya sedang memanaskan bubur buatan Ri-chan. Mantel putihnya sudah dia lepas.
“Young Saeng” panggilku
“Ne…” dia membalikan tubuhnya ke arahku, aku tersenyum padanya dan dia membalas senyumku
“Sepertinya tidak sopan kalau aku tetap memanggilmu Young Saeng”
“Bukankah itu sudah kebiasaanmu sejak dulu”
“Iya, dan kau pun tidak pernah marah aku memanggilmu begitu walapun jelas kau lebih tua dariku”
Ku langkhakan kaki ku mendekatinya..
“Naega deul saranghae, Oppa”
Young Saeng terlihat bahagia mendengarnya dan langsung merangkul tubuhku
“Naega deul saranghae, Young Sun”
Tangan kanannya menyentuh pipiku, matanya menatap lembut mataku, lalu berlahan ia mengecup lembut bibirku.
Mohon diLIKE jika suka dan Komentari yah !!!